Jawapan Habib Munzir Al-Musawa terhadap mereka yang melawan pemerintah Muslim walaupun zholim
Kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
Hasan Al Banna diakui sebagai seorang yg berazazkan ahlussunnah waljamaah, namun diteruskan oleh Said hawwa, yusuf qardhawiy dan beberapa lainnya yg menolak mengakui suatu madzhab, mereka tidak mengakui 4 madzhab Ahlussunnah waljamaah, mereka mengaku punya madzhab sendiri dg memilih milih hukum atas dasar kedangkalan pemahaman ilmu hadits mereka dibanding para Imam Madzhab 4 (SYafii, Maliki, Hanafi, dan Hambali), mereka memilih satu dari madzhab ini, mengambil satu dari madzhab itu, dan memilah milah semaunya dg kedangkalan pemahaman syariah mereka.
Maka ikhwanul muslimin tidak lagi diakui oleh Jumhur (mayoritas) seluruh Madzhab.
Niat mereka baik, namun telah terkotori oleh akidah wahabi dan pemahaman yg menolak bermadzhab dg madzhab yg shahih dan diakui oleh ribuan para Imam dan Hujjatul Islam, mereka cenderung memisahkan diri, sedangkan Nabi saw telah bersabda : "Barangsiapa yg memisahkan diri sejengkal dari jamaah muslimin lalu mereka wafat dalam keadaan itu, maka mereka mati dalam kematian jahiliyah. (Shahih Bukhari).
Niat untuk mendirikan negara yg bersyariahkan Islam yg mereka cita citakan tidak didasari dg keluasan ilmu yg mendalam, karena Islam tidak pernah mengenal negara yg bersyariahkan islam;
Khilafah islamiyah adalah untuk dunia, bukan untuk suatu negara, Rasul saw berhasil sukses dalam pengaturan dakwah dari Madinah, namun Rasul saw tak menamakan : NEGARA MADINAH, atau NEGARA MEKKAH, atau nama suatu negara, karena islam bukan untuk suatu negara, tapi untuk dunia.
Khalifah tidak pernah muncul dg kekerasan dan perebutan kekuasaan, Rasul saw adalah penguasa tertinggi islam yg berpusatkan di Madinah, namun Rasul saw tetap membiarkan Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai penguasa madinah, padahal ia adalah gembong munafik yg dilaknat Allah swt.
Rasul saw tidak merebut kekuasaan lalu bertahta sebagai pimpinan negara, beliau adalah pemimpin seluruh manusia, namun beliau saw mengajarkan bahwa islam tidak memperebutkan kekuasaan.
Ketika seorang anshar berkata pada Rasul saw : Beri kami kekuasaan/jabatan wahai Rasulullah.., maka Rasul saw menjawab : Kami tidak memberikan kekuasaan/jabatan pada orang yg memintanya. (Shahih Bukhari).
Rasul saw bersabda : Taatlah pada pemimpin muslim kepada hal yg kalian sukai dan kalian tidak sukai, namun jika diperintah untuk berbuat dosa maka jangan ditaati perintah itu (Shahih Bukhari).
Rasul saw tidak pernah mengajarkan untuk merebut kekuasaan, walau pada pemipin yg dhalim, selama ia muslim.
Berkata Hudzaifah ibnul Yaman kepada Rasul saw : Wahai Rasulullah, kami dulu dalam kejahiliyahan dan kejahatan, lalu kini kami dalam hidayah dan kebaikan, namun apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan dan kejahatan?,
Rasul saw : betul.
Hudzaifah ra: lalu apakah setelah kejahatan itu akan muncul kebaikan lagi?
Rasul saw : betul
Hudzaifah ra : apakah setelah kebaikan itu ada kejahatan lagi ?
Rasul saw : betul
Hudzaifah : bagaimana keadaan buruk saat itu?
Rasul saw : akan muncul para pemimpin setelahku, mereka tidak berjalan dengan petunjukku, dan tidak menjalankan sunnahku, dan akan muncul pada mereka manusia berhati syaitan dan bertubuh manusia,.
Hudzaifah : bagaimana jika aku menemui masa itu wahai Rasulullah?, apa yg harus kuperbuat..??
Rasul saw : tetaplah taati penguasamu, walau ia mencambuk punggungmu dan merampas hartamu, tetaplah taat padanya. (Shahih Muslim).
Juga teriwayatkan ketika para tabiin mengadukan kejahatan khalifah Hajjaj kepada Anas bin Malik ra, maka anas bin Malik ra berkata : bersabarlah.. (Shahih Bukhari)
Jelas sudah bahwa Rasul saw tidak mengajarkan pemberontakan apalagi perebutan kekuasaan walau pada pemimpin yg dholim selama ia muslim, karena Rasul saw memahami ketika muslimin memberontak pada pemimpin yg dhalim maka pemimpin itu akan membantai muslimin dan ulama, maka islam hancur sendiri dan membuat musuh islam tertawa senang, karena mereka tak perlu susah payah menghancurkan muslimin, karena muslimin sudah saling hantam dan orang baik serta ulama sudah dibantai dan dibunuh oleh penguasa muslimnya sendiri.
Inilah yg tidak diinginkan oleh Rasul saw, Rasul saw menginginkan muslimin bersabar jika ada pemimpin muslim yg jahat, namun tentunya para ulama menyiapkan generasi calon pemimpin pemimpin yg baik, yg kemudian bisa menggantikan si jahat, namun itu semua hanya bisa terjadi jika ulama banyak, dan tidak dimusuhi atau diperangi oleh penguasa yg dholim.
Sebagian saudara kita muslimin tidak faham hal ini, mereka ingin membuat negara dengan merebut kekuasaan, padahal itu bukan ajaran Rasul saw.
Khalifah Abubakar shiddiq ra tidak mau menjadi khalifah namun dipaksa oleh sahabat, khalifah Umar ra tidak mau menjadi khalifah namun diperintah oleh Abubakar shiddiq ra, khalifah ustman tidak mau menjadi khalifah namun sudah diisyaratkan oleh Umar ra sebelum wafat, khalifah Ali kw lari dari kejaran sahabat untuk dijadikan khalifah namun akhirnya ia terima karena dipaksa dengan keras.
Semua khalifah tidak ada yg mencalonkan dirinya sebagai pemimpin, atau menjatuhkan pemimpin muslim lainnya walau dholim.
-Sayyidina Hasan bin ali ra menyerahkan khalifahnya kepada Muawiyah demi tidak terjadi perpecahan pada muslimin.
-Sayyidina Husein ra datang bersama keluarganya untuk mendatangi undangan muslimin dan bukan untuk berperang dg Yazid bin Muawiyah, namun kemudian ia difitnah hingga Yazid bin Muawiyah membunuhnya.
-Jika Sayyidina Husein ra berniat memerangi Yazid dan merebut kekuasaan, maka ia tak akan membawa anak anak dan istrinya dan para kerabatnya yg wanita, itu membuktikan bahwa Sayyidina Husein ra datang untuk kedamaian, namun difitnah seakan ia ingin merebut kekuasaan, maka iapun dibunuh. inilah yg tak dikehendaki oleh Rasul saw.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahualam
Rujukan
1-No rek : 061-7121-494 Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw,
2-Baba Syarif
Biografi Habib Munzir Al-Musawa
Al-Allamah wal Fahamah Sayyidi Syarif Al-Habib Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Alghayur bin Muhammad Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al Uraidhiy bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein Dari Fathimah Azahra Putri Rasul SAW.
Nama beliau Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa, dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari jum’at 23 februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393H, setelah beliau menyelesaikan sekolah menengah atas, beliau mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bhs.Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian beliau meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994, selama empat tahun, disana beliau mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur;an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.
Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah, dengan mengunjungi rumah rumah, duduk dan bercengkerama dg mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, beliau terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt, bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dll, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan masyarakat adalah terwarnai dengan kenabawian, sehingga antara golongan miskin, golongan kaya, partai politik, pejabat pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan, inilah Dakwah Nabi Muhammad saw yang hakiki, masing masing dg kesibukannya tapi hati mereka bergabung dg satu kemuliaan, inilah tujuan Nabi saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Beliau bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 10.000 hadirin setiap malam selasa, Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, beliau juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan kemiri cidodol kebayoran, juga sudah membuka majlis di seputar pulau jawa, yaitu:
Jawa barat :
Ujungkulon Banten, Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang.
Jawa tengah :
Slawi, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Jogjakarta, Solo, Sukoharjo, Jepara, Semarang,
Jawa timur :
Mojokerto, Malang, Sukorejo, Tretes, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo.
Bali :
Denpasar, Klungkung, Negara, Karangasem.
NTB
Mataram, Ampenan
Luar Negeri :
Singapura, Johor, Kualalumpur.
Buku-buku yang sering menjadi rujukan beliau di majelisnya antara lain: kitab As-syifa (Imam Fadliyat), Samailul Muhammadiyah (Imam Tirmidzi), Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali), Tambili Mukhdarim (Imam Sya’rani), Al-Jami’ Ash-Shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari), Fathul Bari’ fi Syarah Al-Bukhari (Imam Al-Astqalani), serta kitab karangan Imam Al-Haddad dan kitab serta pelajaran yang didapat dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh.
Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab beliau berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.
Adapun guru-guru beliau antara lain:
Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung), Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus, Habib Umar bin Abdurahman Assegaf, Habib Hud Bagir Al-Athas, di pesantren Al-Khairat beliau belajar kepada Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar, dan di Hadramaut beliau belajar kepada Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa), juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan yang paling berpengaruh didalam membentuk kepribadian beliau adalah Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.
Salah satu sanad Guru beliau adalah:
Al-Habib Munzir bin fuad Al-Musawa berguru kepada Guru Mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdullah Assyatiri,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (simtuddurar),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (shohibulfatawa),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Husen bin Thohir,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Seggaf Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Habib Al-Hafizh Ahmad bin Zein Al-Habsyi,
Dan beliau berguru kepada Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburratib),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abubakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abubakar bin Salim (fakhrulwujud),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifiin),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Abubakar (assakran),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abubakar bin Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Mauladdawilah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Alwi Al-ghayur,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Khali’ Qasam bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Ubaidillah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Al-Uraidhiy bin Ja’far Asshadiq,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Husein ra,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,
Dan beliau berguru kepada Semulia-mulia Guru, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah SAW.
Sanad guru beliau sampai kepada Rasulullah SAW, begitu pula nasabnya. Demikian biografi singkat ini dibuat mohon maaf apabila ada kesalahan.